BAB 5
KONSEP DASAR
KONGRUENSI
Uraian
Kongruensi merupakan bahasa teori bilangan
karena pembahasan teori bilangan bertumpu kongruensi. Bahasa kongruensi ini
diperkenalkan dan dikembangkan oleh Karl Friedrich Gauss, matematisi paling terkenal dalam sejarah,
pada awal abad sembilan belas, sehingga sering disebut sebagai Pangeran Matematisi (The Prince of
Mathematici-
ans). Meskipun Gauss tercatat
karena temuan-temuannya di dalam geometri, aljabar, analisis, astronomi, dan
fisika matematika, ia mempunyai minat khusus di dalam teori bilangan dan
mengatakan bahwa “mathematics is the
queen of sciences, and the theory of numbers is the queen of mathematics” .
Gauss merintis untuk meletakkan teori bilangan modern di dalam bukunya Disquistiones Arithmeticae pada tahun
1801.
Secara tidak langsung kongruensi sudah
dibahas sebagai bahan matematika di sekolah dalam bentuk bilangan jam atau
bilangan bersisa. Peragaan dengan menggunakan tiruan jam dipandang bermanfaat
karena peserta didik akan langsung praktek untuk lebih mengenal adanya system
bilangan yang berbeda yaitu system bilangan bilangan jam, misalnya bilangan jam duaan, tigaan, empatan, limaan,
enaman, dan seterusnya.
Kemudian, kita telah mengetahui bahwa
bilangan-bilangan bulat lebih dari 4 dapat di “reduksi” menjadi 0, 1, 2, 3,
atau 4 dengan cara menyatakan sisanya jika bilangan itu dibagi dengan 5,
misalnya 13 dapat direduksi menjadi 3 karena 13 dibagi 5 bersisa 3, 50 dapat
direduksi menjadi 0 karena 50 dibagi 5 bersisa 0, dan dalam bahasa kongruensi
dapat dinyatakan sebagai 13 ≡ 3 (mod 5)
dan 50 ≡ 0 (mod 5).
Definisi 5.1
Ditentukan
p,q,m adalah bilangan-bilangan bulat dan m
0. p disebut
kongruen dengan q modulo m, ditulis p ≡ q (mod m) jika
dan hanya jika m │ p - q .



Contoh 5.1
10 ≡ 6 (mod 2) sebab 2 │ 10 – 6 atau 2 │ 4
13 ≡ -5 (mod 9) sebab 9 │ 13 – (-5) atau 9 │ 18
107 ≡ 2 (mod 15) sebab 15 │ (107 – 2)
atau 15 │ 105
Teorema 5.1
Jika p dan q
adalah bilangan-bilangan bulat, maka p ≡ q (mod m)
jika dan hanya jika ada bilangan
bulat t sehingga p = q + tm
Bukti :
Jika p ≡ q
(mod m), maka m │ p – q . Ini
berarti bahwa $ tÎ Z ' tm = p – q, atau p = q + tm. Sebaliknya,
jika ada suatu bilangan bulat t yang
memenuhi p = q + tm, maka dapat ditentukan bahwa tm = p – q,
dengan demikian m │ p – q , dan akibatnya berlaku
p ≡ q (mod m).
Contoh 5.2
23 ≡ -17 (mod 8) dan 23 = -17 + 5.8
Teorema 5.2
Ditentukan m
adalah suatu bilangan bulat positif.
Kongruensi
modulo m memenuhi sifat-sifat berikut :
(a)
Sifat
Refleksif.
Jika p adalah suatu bilangan bulat, maka p ≡ p (mod m)
(b) Sifat Simetris.
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat
sedemikian hingga p ≡ q (mod m),maka p ≡ q (mod m)
(c)
Sifat
Transitif.
Jika p, q, dan r adalah bilangan-bilangan
bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod m) dan q ≡ r (mod m),
maka p ≡ r (mod m)
Bukti :
(a)
Kita tahu
bahwa m │ 0, atau m │ p – p , berarti p ≡ q (mod m)
(b) Jika p ≡ q (mod m),
maka m | p – q, dan menurut definisi
keterbagian, ada suatu bilangan bulat t sehingga tm = p – q, atau (-t)m = q – p , berarti m │ q – p. Dengan demikian q ≡ p (mod m)
(c)
Jika p ≡ q (mod m) dan q ≡ r (mod m) , maka m│p – q dan m│q – r, dan menurut definisi keterbagian, ada bilangan-bilangan
bulat s dan t sehingga sm = p – q dan tm
= q – r . Dengan demikian dapat ditentukan
bahwa p – r = (p – q) + (q – r) = sm + tm = (s + t)m. Jadi m│ p – r , dan akibatnya q ≡ r (mod m)
Contoh 5.3
5 ≡ 5 (mod 7) dan -10 ≡ -10 (mod 15) sebab 7│5 – 5 dan 15│-10 – (-10)
27 ≡ 6 (mod 7) akibatnya 6 ≡ 27 (mod 7)
sebab 7│6 – 27 atau
7│(-21)
45 ≡ 21 (mod 3) dan 21 ≡ 9 (mod 3), maka 45 ≡ 9 (mod 3) sebab 3│45 – 9 atau 3│36
Teorema 5.3
Jika p, q, r, dan m Î Z dan
m > 0 '
p ≡ q (mod m) , maka :
(a) p + r ≡ q + r (mod m)
(b) p – r ≡ q – r (mod m)
(c) pr ≡ qr (mod m)
Bukti :
(a) Diket p ≡ q (mod m),
maka m│p – q . Selanjutnya dapat ditentukan
bahwa p – q = (p + r) – (q + r) ,
berarti m│p – q berakibat
m │ (p + r) –
(q + r). Dengan demikian p + r ≡ q + r (mod m).
(b) Kerjakan,
ingat bahwa p – q = (p – r) – (q – r) .
(c) Diketahui
p ≡ q (mod
m), maka m│ p – q ,
& menurut teorema
keterbagian, m │ r(p – q)
untuk sebarang bilangan bulat r, dengan demikian m │ pr – qr. Jadi pr │qr (mod m) .
Contoh 5.4
43│7 (mod 6) , maka 43 +5│ 7 + 5 (mod 6) atau 48│12 (mod 6)
27 │6 (mod 7) , maka 27 – 4 │6 – 4 (mod 7) atau 23│ 2 (mod 7)
35│3 (mod 8) , maka 35.4│5.4 (mod 8) atau 140│12 (mod 8)
Contoh 5.5

Teorema 5.4
Jika p, q, r, s, m adalah
bilangan-bilangan bulat dan m
> 0 sedemikian hingga p ≡ q (mod m)
dan r ≡ s (mod m) ,
maka :
(a) p + r ≡ q + s (mod m)
(b) p – r ≡ q – s (mod m)
(c) pr ≡ qs (mod m)
Bukti :
(a) p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m│ p – q dan m│ r
– s , maka tentu ada bilangan bulat t
dan u sehingga tm = p – q &
um = r – s , dan (p + r) – (q + s) = tm – um = m(t – u). Dengan demikian
m│(p + r) – (q
+ s), atau p + r ≡ q + s (mod
m).
(b) Kerjakan, perhatikan bahwa (p – r) – (q – s) = (p – q) – (r – s)
(c) p ≡ q (mod m)
dan r ≡ s (mod m), maka m│ p – q dan m│ r – s ,
maka tentu ada bilangan-bilangan bulat t
dan u sehingga tm = p – q dan um
= r – s , dan pr – qs = pr – qr + qr – qs = r(p – q) + q(r – s) = rtm + qum = m
(rt + qu).
Dengan demikian m │ pr – qs , atau pr ≡ qs (mod m)
Contoh 5.6
36 ≡ 8(mod 7) dan 53 ≡ 4 (mod 7), maka 36 + 53 ≡ 8 + 4 (mod 7) atau 89 ≡ 12 (mod 7)
72 ≡7 (mod 5)
dan 43 ≡ 3 (mod 5),
maka 72 – 43 ≡ 7 – 3 (mod 5) atau 29 ≡ 4 (mod 5)
15 ≡ 3 (mod 4) dan 23 ≡ 7 (mod 4)
maka 15.23 ≡ 5.7 (mod 4)
atau 345 ≡ 21 (mod 4)
Teorema 5.5
(a) Jika p ≡ q (mod m), maka pr ≡ qr (mod mr)
(b) Jika p ≡ q (mod m) dan d│m , maka p ≡ q (mod d)
Bukti :
(a) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 5.1, m│p – q , dan
menurut teorema 3.8 dapat ditentukan bahwa rm│r(p – q) atau mr│pr – qr , dan berdasarkan definisi 5.1 dapat ditentukan bahwa pr ≡ qr (mod mr)
(b) p ≡ q (mod m), maka sesuai
definisi 5.1, m│p – q . Berdasarkan teorema 3.2, d│m dan m│p – q berakibat d│p – q, dan sesuai dengan
definisi 5.1, p ≡ q (mod
d)
Teorema 5.6
Diketahui
bilangan-bilangan bulat a, p, q, m, dan m > 0.
(a) ap ≡ aq (mod m) jika dan hanya jika
p ≡ q (mod
m/(a,m))
(b) p ≡ q (mod m
) dan p ≡ q (mod m
) jika dan hanya jika p ≡ q (mod [m
, m
])




Bukti :
(a) (
)

ap ≡ aq (mod m), maka sesuai definisi 5.1, m│ap – aq, dan
sesuai def 3.1 ap – aq = tm untuk suatu t
Z, berarti a(p
– q) = tm. Karena (a,m)│a dan (a,m)│ m, maka
(a/(a,m))(p – q) = (m/(a,m))t, dan sesuai
dengan def 3.1, dapat ditentukan bahwa (m/(a,m))│(a/(a,m)(p – q).

Menurut
teorema 3.14, (m/(a,m), a/(a,m)) = 1, dan menurut teorema 3.15, dari (m/(a,m),a/(a,m)) = 1 dan (m/(a,m))│(a/(a,m))(p – q)
berakibat (m/(a,m))│(p – q).
Jadi menurut definisi 5.1, p ≡ q (mod m/(a,m)) .
(
)

p ≡ q (mod m/(a,m)), maka menurut
teorema 5.5(a), ap ≡ aq (mod
am/(a,m)). Selanjutnya, karena m │am/(a,m), dan ap ≡ aq (mod am/(a,m)), maka
berdasarkan pada teorema 5.5 (b)
, ap ≡ aq (mod m).
(b) Buktikan !
Contoh 5.7
8p ≡ 8q (mod 6) dan (8,6) = 2, maka p ≡ q (mod 6/2) atau p ≡ q (mod 3)
12p ≡ 12q (mod
16) dan (12,16) = 4, maka p ≡ q (mod 16/4) atau p ≡ q (mod 4)
Contoh 5.8
p ≡ q (mod 6) dan p ≡ q (mod 8), maka p ≡ q (mod [6,8]) atau p ≡ q (mod 24)
p ≡ q (mod 16) dan p ≡ q (mod 24), maka p ≡ q (mod [16,24]) atau p ≡ q (mod 48)
Tugas dan Latihan
Tugas
Bacalah
suatu buku teori bilangan, dan carilah teorema-teorema yang belum dibuktikan.
Selanjutnya buktikan bahwa :
1. Jika p, q, t, dan m adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian
hingga t > 0, m > 0 dan p ≡ q (mod m),
maka p
≡ q
(mod m)


2. Jika p, q
Z dan m
, m
, …, m
Z
sedemikian hingga p ≡ q (mod m
), p ≡ q (mod m
), …, dan p ≡ q (mod m
) , maka p ≡ q (mod [m
, m
, …, m
])












Latihan
1. Diketahui p, q, m adalah bilangan bulat dan m
> 0 sedemikian hingga p ≡ q (mod m)
Buktikan : (p,m) = (q,m)
2.
Buktikan
(a) jika p adalah suatu bilangan genap,
maka p
≡ 0 (mod 4)

(b) jika p adalah suatu bilangan ganjil, maka
p
≡ 1 (mod 4)

3.
Buktikan
jika p adalah suatu bilangan ganjil, maka p
≡ 1 (mod 8)

4.
Carilah sisa
positif terkecil dari 1! + 2! + … + 100!
(a) modulo 2
(b) modulo 12
5.
Tunjukkan
bahwa jika n adalah suatu bilangan genap
positif, maka:
1 + 2 + 3 + … + (n + 1) ≡ 0 (mod n)
Bagaimana jika n adalah suatu bilangan ganjil
positif ?
6.
Dengan menggunakan
induksi matematika, tunjukkan bahwa 4
≡ 1 + 3n (mod 9)
jika n adalah suatu bilangan bulat positif.

BAB 6
SISTEM RESIDU
Uraian
Sistem residu merupakan topik yang memberikan
dasar untuk mengembangkan pembahasan menuju teorema Euler, dan pada bagian lain
terkait dengan fungsi-fungsi khas (special functions) dalam teori bilangan.
Bagian-bagian dari system residu
meliputi system residu yang lengkap dan system residu yang tereduksi. Sebagai
suatu system, system residu mempunyai sifat-sifat khusus yang terkait dengan
bagaimana membuat system residu, atau mencari contoh yang memenuhi syarat
tertentu.
Definisi 6.1
Suatu himpunan {x
, x
, … , x
} disebut suatu
system residu lengkap
modulo m jika dan hanya jika
untuk setiap y dengan
0 ≤ y < m , ada satu dan
hanya satu x
dengan 1 ≤ i
< m , sedemikian hingga y ≡ x
(mod m) atau x
≡ y (mod m).






Perhatikan bahwa indeks dari x
yang terakhir adalah m, dan hal ini
menunjukkan bahwa banyaknya unsur
dalam suatu system residu lengkap modulo m adalah m. Dengan demikian, jika ada
suatu himpunan yang banyaknya unsur kurang dari m atau lebih dari m , maka
himpunan itu tentu bukan merupakan suatu system residu lengkap modulo m.
Selanjutnya,
karena pasangan-pasangan kongruensi antara y dan x
adalah tunggal,
maka tidak ada y yang kongruen dengan dua unsur x yang berbeda,
misalnya x
dan x
, dan tidak ada
x
yang kongruen
dengan dua nilai y. Dengan demikian,
tidak ada dua unsur x yang berbeda dan kongruen, artinya x
tidak kongruen x
modulo m jika i
j.







Contoh 6.1
1. Himpunan
A = {6, 7, 8, 9} bukan merupakan
system residu lengkap
modulo 5 sebab banyaknya unsur A
kurang dari 5
2. Himpunan A = {6, 7, 8, 9, 10} adalah suatu system residu lengkap
modulo 5 sebab untuk setiap y
dengan dengan 0 ≤ y < 5 , ada satu
dan hanya satu x
dengan 1 ≤ i < 5
sedemikian hingga y ≡ x
(mod 5) atau x
≡ y (mod 5).



Nilai-nilai y yang memenuhi 0 ≤ y < 5 , adalah y = 0, y = 1, y = 2, y = 3, y = 4, atau y = 5 . Jika kita selidiki, maka kita
peroleh bahwa :
10 ≡ 0 (mod 5) 8 ≡ 3 (mod m) 6 ≡ 1 (mod m)
9
≡ 4 (mod
5) 7 ≡ 2 (mod m)
Dengan
demikian untuk setiap y
dengan y = 0, 2, 3, 4, 5 , ada satu dan hanya satu x
dengan x
= 6, 7, 8, 9, 10 , sedemikian hingga x
≡ y (mod m).
Jadi A adalah suatu sistem residu lengkap modulo
5.



3. Himpunan B = {4, 25, 82, 107} adalah suatu system residu
lengkap modulo 4 sebab untuk setiap y
dengan 0 ≤ y < 4 , ada satu
dan hanya satu x
dengan 1 ≤ i < 4 sedemikian hingga y ≡ x
(mod 4) atau x
≡ y (mod
4).



4
≡ 0 (mod
4) 82 ≡ 2 (mod 4)
25 ≡ 1 (mod 4) 107 ≡ 3 (mod 4)
4. Himpunan C = {-33, -13, 14, 59, 32, 48, 12} adalah suatu system
residu lengkap modulo 7 sebab untuk setiap y
dengan 0 ≤ y < 7 , ada
satu dan hanya
satu x
dengan 1 ≤ i
< 7 sedemikian hingga y ≡ x
(mod 7) atau x
≡ y (mod 7).



-33 ≡ 0 (mod 7) 59 ≡ 3 (mod 7) 8 ≡ 1 (mod 7)
-13 ≡ 0 (mod 7) 32 ≡ 3 (mod 7) 12 ≡ 1 (mod 7)
14 ≡ 0 (mod 7)
5. Himpunan D = {10, -5, 27} adalah bukan suatu system residu
lengkap modulo 3 sebab Untuk suatu y =
1 dengan 0 ≤ y < 3 , ada lebih dari
satu x
(yaitu 10 dan -5)
sehingga

10 ≡ 1 (mod 3) -5 ≡ 1 (mod 3)
6. Algoritma
pembagian menunjukkan bahwa
himpunan bilangan bulat
0, 1, … , m – 1 merupakan suatu
system residu lengkap modulo m, dan disebut sebagai residu non negatif terkecil modulo m.
Definisi 6.2
Suatu himpunan
bilangan bulat {x
, x
, … , x
} disebut suatu system residu tereduksi modulo m jika
dan hanya jika :



(a) (x
, m) = 1 , 1 ≤
i < k





(c) Jika
(y,m) = 1, maka y ≡ x
(mod m) untuk suatu i = 1, 2, … ,
k

Contoh 6.2
1. Himpunan
{1,5} adalah suatu system residu tereduksi modulo 6 sebab :
(a) (1,6) = 1 dan (5,6) = 1

2. Himpunan
{17, 91} adalah suatu system residu tereduksi modulo 6 sebab :
(a) (17,6) = 1 dan (91, 6) = 1

Suatu system residu tereduksi
modulo m dapat diperoleh dari system residu lengkap modulo m dengan membuang
unsur-unsur yang tidak relative
prima dengan m. Hal ini dapat dilakukan karena {0, 1, 2, … , m –
1 } adalah suatu system residu yang lengkap modulo m karena untuk
setiap y dengan y = 0, 1, 2, …, m – 1, ada satu dan hanya
satu x
= 0, 1, 2, …, m–1 sehingga y ≡ x
(mod m) . Keadaan y ≡ x
(mod m) selalu dapat terjadi dengan memilih y = 0 dan x
= 0, y = 1 dan x
= 1, … , y = m – 1 dan x
= m – 1 .






Karena unsur-unsur {0, 1, 2, … ,
m – 1} memenuhi tidak ada sepasang yang kongruen, maka setelah unsur-unsur yang
tidak relative prima dengan m dibuang, yang tertinggal adalah unsur-unsur yang
relative prima dengan m dan tidak ada sepasang yang kongruen.
Dengan
demikian unsur-unsur yang tertinggal memenuhi definisi 6.2
Contoh 6.3
1.
Himpunan A =
{0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah suatu sistem residu lengkap modulo 8.
Unsur-unsur A yang
tidak relative prima
dengan 8 adalah 0, 2, 4, dan
6 karena (0,8) = 8
1, (2,8) = 2
1, (4,8) = 4
1, dan (6,8) = 2
1. Misalkan B adalah
himpunan dari unsur-unsur yang tertinggal, maka B = {1, 3, 5, 7}, dan B
merupakan suatu sistem residu tereduksi
modulo 8 karena memenuhi definisi 6.1




2.
Himpunan A =
{0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19} adalah
suatu system residu lengkap modulo 20. Jika unsur-unsur A yang tidak relative
prima dengan 20 dibuang, yaitu 0, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 14, 15, 16, dan
18 , maka unsur-unsur yang tertinggal adalah 1, 3, 7, 9, 11, 13,
17, dan 19. B = {1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, 19} merupakan suatu system residu
tereduksi modulo 20.
Defini 6.3
Ditentukan m
adalah suatu bilangan bulat positif. Banyaknya residu di dalam suatu system
residu tereduksi modulo m disebut fungsi
-Euler dari m, dan dinyatakan dengan
(m).


Contoh 6.4







Perhatikan
bahwa himpunan {1,2,3,4} merupakan suatu system
residu tereduksi modulo 5. Sekarang, coba Anda selidiki, jika
masing-masing unsur himpunan dikalikan dengan suatu bilangan yang relative
prima dengan 5, misalnya 2, 3, atau 4, sehingga diperoleh himpunan yang lain,
maka apakah himpunan-himpunan yang lain tersebut merupakan system-sistem residu
yang tereduksi modulo 5 ?
Teorema 6.1
Ditentukan (a,m) = 1. Jika {x
, x
, … , x
} adalah suatu system residu modulo m yang lengkap
atau tereduksi, maka {ax
, ax
, … , ax
} juga merupakan
suatu system residu
modulo m yang lengkap atau tereduksi.






Bukti :
Ditentukan bahwa {x
, x
, … , x
} adalah suatu
system residu modulo
m yang lengkap, maka x
tidak kongruen x
modulo m jika x
x
. Harus dibuktikan bahwa ax
tidak kongruen ax
modulo m jika i
j. Misalkan
dari unsur-unsur {ax
, ax
, … , ax
} terdapat i
j sehingga berlaku hubungan ax
≡ ax
(mod m). Karena (a,m) = 1 dan ax
≡ ax
(mod m), maka menurut teorema 5.6
(a), dapat ditentukan bahwa x
≡ x
(mod m), bertentangan dengan
ketentuan {x1, x2,
… , xk} merupakan suatu system residu lengkap modulo m. Jadi tentu ax
tidak kongruen ax
modulo m.























Selanjutnya buktikan jika {x
, x
, … , x
} adalah suatu
system residu modulo m yang tereduksi.



Contoh 6.5
(a)
Himpunan A =
{0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah merupakan suatu system residu lengkap modulo 6. Jika
masing-masing unsur A dikalikan dengan 5, yang mana (5,6) = 1, dan setelah
dikalikan dimasukkan sebagai unsur himpunan B, maka dapat ditentukan bahwa B =
{0, 5, 10, 15, 20, 25}. Himpunan B merupakan suatu system residu yang lengkap
modulo 6 sebab setiap unsur B kongruen dengan satu dan hanya satu y
{0, 1, 2, 3, 4,
5}, yaitu :

0
≡ 0 (mod
6) 10 ≡ 4 (mod 6) 20 ≡ 2 (mod 6)
5
≡ 5 (mod
6) 15 ≡ 3 (mod 6) 25 ≡ 1 (mod 6)
(b) Himpunan A = {1, 5, 7, 11} adalah merupakan
suatu system residu tereduksi modulo 12. Jika masing-masing unsur A
dikalikan dengan 17 dengan
(17,12) = 1, dan setelah dikalikan dimasukkan sebagai unsur himpunan B,
maka dapat ditentukan bahwa B = {17, 85, 119, 187}.
Himpunan B merupakan suatu system residu tereduksi modulo 12 sebab setiap unsur
B relative prima dengan 12, dan tidak ada sepasang unsur B yang kongruen, yaitu
:
(17,12) = (85,12) = (119,12)
= (187,12) = 1
17 ≡ 85 (mod 12) 17 ≡ 119 (mod 12) 17 ≡ 187 (mod 12)
85 ≡ 119 (mod 12) 85 ≡ 187 (mod 12) 119 ≡ 187 (mod 12)
Teorema 6.2 (Teorema Euler)
Jika a, m
Z dan m > 0
sehingga (a,m) = 1, maka a
≡ 1 (mod m)


Bukti :
Misalkan bahwa {x
, x
, … , x
} adalah suatu system residu tereduksi modulo m dengan
unsur-unsur bilangan bulat positif kurang dari m dan relative prima dengan m,
maka menurut teorema 5.7, karena (a,m) = 1, maka {ax
, ax
, … , ax
} juga merupakan suatu system residu tereduksi modulo
m. Dengan demikian, residu-residu positif terkecil dari ax
, ax
, … , ax
adalah bilangan-bilangan bulat yang terdapat pada x
, x
, … , x
dengan urutan
tertentu. Akibatnya kita dapat mengalikan semua suku dari masing-masing system
residu tereduksi, sehingga diperoleh :












ax
, ax
, … , ax
≡ x
, x
, … , x
(mod m)






Dengan demikian dapat ditentukan bahwa :
a
x
. x
… x
≡ x
. x
… x
(mod m)







Selanjutnya, {x
, x
, … , x
} adalah suatu system residu tereduksi modulo m, maka
menurut def 6.2, berlaku (x
, m) = 1. Berdasarkan teorema 3.16, karena (x
, m) = 1, yaitu (x
,m) = ( x
, m) = … (x
, m) = 1, maka dapat ditentukan bahwa (x
. x
… x
, m) = 1.











Dari dua keadaan :
a
x
. x
… x
≡ x
. x
… x
(mod m) , dan







(x
. x
… x
, m) = 1



dapat ditentukan berdasarkan teorema 5.6 (a)
bahwa :
a
≡ 1 (mod m)

Kita dapat
menggunakan teorema Euler untuk mencari inversi modulo m. Jika a dan m adalah
relative prima, maka dapat ditentukan bahwa :
a
≡ 1 (mod
m)

Dengan demikian :
a
= a. a
≡ 1 (mod m)


Jadi a
adalah inversi
dari a modulo m.

Contoh 6.6
Carilah dua digit terakhir lambang bilangan
desimal dari 23

Soal ini dapat dijawab dengan
menyatakan maknanya dalam bentuk lain, yaitu sama dengan mencari x jika 23
≡ x (mod 100). Kemudian bentuk
23
≡ x (mod 100)
dapat dipecah menjadi 23
≡ x (mod 4)
dan 23
≡ x (mod 25).




(a) mencari
x dari 23
≡ x (mod 4).

23
≡ 3 (mod 4),
maka 23
≡ 9 (mod 4) ≡ 1 (mod 4), sehingga 23
= (23
)




Dengan demikian 23
= (23
)
≡ 1
(mod 4), atau x ≡ 1 (mod 4)




(b) mencari x dari 23
≡ x (mod 25)

23
≡ -2(mod 25),
maka 23
≡ 4(mod 25), 234 ≡ 16(mod 25), 238 ≡ 6(mod 25),

2316
≡ 11(mod 25), 2332 ≡ -4(mod 25), 2364 ≡ 16(mod 25), 23128
≡ 6(mod 25),
dan
23256
≡ 11(mod 25)
Dengan demikian 23500 = 23256.23128.2364.2332.2316.234
≡
11.6.16.(-4).11.16 (mod 25)
≡ (-4).6.(-4).6 (mod 25) ≡ 576 (mod 25) ≡ 1, (mod 25), yaitu
x ≡ 1 (mod 25)
Dari hasil (a) dan (b), yaitu x ≡ 1 (mod 4) dan x ≡ 1 (mod 25), maka berdasarkan
pada teorema 5.6 (b) , x ≡ 1 (mod
[4,25]) x ≡ 1 (mod 100)
Jadi 23
≡ 1 (mod 100) , berarti dua
digit terakhir lambang bilangan
decimal dari 23
adalah 01.


Contoh 6.7
Tunjukkan
jika (n,7) = 1, n
N, maka 7 │ n7 – n

Jawab :
Karena (n,7) = 1, maka menurut teorema Euler, n
≡ 1 (mod 7).

Selanjutnya
, sehingga
diperoleh n6 ≡ 1 (mod 6) ,
dan sesuai dengan definisi 5.1, 7│ n6 – 1 , dan
akibatnya, sesuai dengan teorema 3.1, 7│n( n6 – 1) atau 7│n7 – 1

Contoh 6.8
Jika bulan
ini adalah bulan Mei, maka carilah 23943 bulan lagi adalah bulan apa
Jawab :
Permasalahan
ini dapat diganti dengan mencari x jika 23943 ≡ x (mod 12).
Karena (239,12) = 1, maka menurut teorema
Euler, 239
≡ 1 (mod 12).

Selanjutnya
, sehingga diperoleh 2394 ≡1 (mod 12).

23943
= (2394)10.2393 ≡ 1.2393 (mod 12) ≡ (-1)(-1)(-1) (mod 12) ≡ 11 (mod 12)
Jadi x = 11, dengan demikian 23943
bulan lagi adalah bulan April.
Contoh 6.9
Kongruensi
linier ax ≡ b (mod m)
dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Euler sebagai berikut :
ax ≡ b (mod m)
a
-1.ax ≡ a
-1 .b (mod m)


x ≡ a
-1 .b (mod m)

Penyelesian
7x ≡ 3 (mod 12)
adalah x ≡ 7
.3 (mod 12) ≡ 74-1.3
(mod 12) ≡ 75.3
(mod 12) ≡ 21 (mod 12)
≡ 9 (mod 12).

Teorema 6.3
Teorema Kecil Fermat
Jika p
adalah suatu bilangan
prima dan p tidak membagi a, maka
ap-1 ≡ 1 (mod p)
Bukti :
Karena p adalah suatu bilangan prima dan p
tidak membagi a, maka (p,a) = 1 (jika (p,a)
1 yaitu p dan a tidak relative prima, maka p dan a mempunyai factor selain 1 dan p, bertentangan dengan
sifat p sebagai bilangan prima).

Selanjutnya, karena (p,a) = 1,
maka menurut teorema 6.2, a
≡ 1 (mod p). p adalah suatu bilangan prima, berarti dari
bilangan-bilangan bulat :

0, 1, 2, 3, … , p – 1
yang tidak relative prima dengan p hanya 0 ≡ p (mod p), sehingga :
{1, 2, 3, … , p – 1 }
merupakan
system residu tereduksi modulo dengan (p – 1) unsure, dengan demikian:

Karena
dan a
≡ 1 (mod
p), maka a
≡ 1 (mod p)



Contoh 6.10
Carilah suatu x jika 2250 ≡ x (mod 7) dan 0 ≤ x < 7
Jawab :
Karena 7 adalah bilangan prima, (2,7) = 1, dan
, maka :

2
≡ 1 (mod 7)

26 ≡ 1 (mod 7)
2250 = (26)41.24 ≡ 1.24 (mod 7) ≡ 16 (mod 7) ≡2 (mod 7)
Jadi : x = 2
Contoh 6.11
Carilah satu digit terakhir lambang bilangan
basis 10 dari:
(a) 2500
(b) 7175
Jawab :
Untuk mencari digit terakhir dari
lambang bilangan basis 10, permasalahan dapat dipandang sebagai mencari x jika
y ≡ x (mod 10).
Karena 2.5 = 10 dan (2,5) = 1, maka y ≡ x (mod 10) dapat dinyatakan
sebagai : y ≡ x (mod 2) dan y ≡ x (mod 5)
(a) 2 ≡ 0 (mod 2),
maka 2500 ≡ 0, 2, 4, 6,
8, … (mod 2)

2500 = (24)125 . 1 (mod 5) ≡ 1, 6, 11,
16, 21, … (mod 5)
Dengan demikian 2500 ≡ 6 (mod 2)
dan 2500 ≡ 6 (mod 5),
berarti
2500
≡ 6 (mod 10).
Satu digit terakhir lambang bilangan basis 10 dari 2500 adalah 6.
(b) 7 ≡ 1(mod 2), maka 7175 ≡ 1, 3, 5, …
(mod 2)

7175
= (74)45.73 ≡ 73 (mod 5) ≡ 2.2.2 (mod 5)
≡ 8 (mod 5) ≡ 3 (mod 5) ≡ 3, 8, 13,
18, … (mod 5). Dengan demikian 7175 ≡ 3 (mod 2) dan 7175
≡ 3 (mod 5),
berarti
7175 ≡ 3 (mod 10.
Satu digit terakhir lambing bilangan basis 10 dari 7175
adalah 3.
Teorema 6.4
Jika (a,m) =
1, maka hubungan ax ≡ b (mod m) mempunyai selesaian x = a
-1 .b
+ tm

Bukti :
Dari hubungan ax ≡ b (mod m) ,
ruas kiri dan kanan perlu dikalikan dengan suatu
factor sehingga koeffisien a menjadi 1. Pilihan factor adalah a
-1 sebab sesuai dengan teorema Euler, a
-1.a
= a
≡ 1 (mod m).



ax ≡ b (mod m)
a
-1 .a
x ≡ a
-1 . b
(mod m)


a
x ≡ a
-1 . b
(mod m)


x ≡ a
-1 . b
(mod m)

Karena tm ≡ 0 (mod m) untuk setiap
bilangan bulat t, maka :
x ≡ ≡ a
-1 . b +
tm (mod m)

Jadi x = a
-1 .b + tm
adalah selesaian ax ≡ b (mod m)

Teorema 6.5 Teorema Wilson
Jika p
adalah suatu bilangan prima, maka (p – 1)! ≡ -1 (mod p)
Bukti :
Untuk p = 2, kita dapat
menentukan bahwa (p – 1)! = 1! = 1 ≡ -1 (mod 2), dengan demikian teorema benar untuk p = 2. Untuk
p > 2, berdasarkan teorema 6.3 dan teorema 6.4, jika ax ≡ 1 (mod p), dan (a,p) = 1, maka x ≡ a
-1 , a dan x disebut saling inverse modulo p.

Dengan demikian, setiap bilangan
a yang memenuhi 1 ≤ a ≤ p – 1, tentu ada
a yang memenuhi 1 ≤ a* ≤ p – 1, sehingga a.a* ≡ 1 (mod p).
Perhatikan
perkalian bilangan-bilangan:
2.3. … ,(p – 3)(p – 2)
yang dapat dipasang-pasangkan ke
dalam (p – 3)/2 pasangan, masing-masing pasangan mempunyai hasil kali sama
dengan 1 modulo p. Hal ini dapat dilakukan karena masing-masing bilangan
relative prima dengan p, yaitu (a,p) = 1, sehingga masing-masing bilangan
mempunyai inverse. Akibatnya :
2.3. … ,(p – 3)(p – 2) ≡ 1 (mod p)
sehingga :
(p – 1)! = 1.2.3. … .(p –
3)(p – 2)(p – 1) ≡ 1.1.(p – 1)
(mod p)
≡ p – 1 (mod p)
(p – 1)! ≡ – 1 (mod p)
Contoh 6.12
(7 – 1)! = 6! = 1.2.5.4.5.6 = 1.(2.4).(5.5).6
= 1.8.15.6 ≡ 1.1.1.6
(mod 7) ≡ – 1(mod 7)
(13 – 1)! = 12! = 1.2.5.4.5.6.7.8.9.10.11.12
= 1.(2.7).(5.9).(4.10).(5.8).(6.11).12
= 1.14.27.40.40.66.12 ≡
1.1.1.1.1.1.12 (mod 13) ≡ – 1 (mod
13)
Teorema 6.6
Jika n
adalah suatu bilangan bulat positif sehingga (n – 1)! ≡ – 1 (mod
n), maka n
adalah suatu bilangan prima.
Buktikan !
Teorema 6.5
dan teorema 6.6 memberikan petunjuk kepada kita untuk menggunakan
teorema-teorema itu dalam pengujian keprimaan suatu bilangan.
Contoh 6.13
(15 – 1)! =
14! = 1.2.5.4.5.6.7.8.9.10.11.13.15.14 = 1.2.(15).4.6.7.8.9.10.11.13.15.14 ≡ 0 (mod 15)
(15 – 1)! =
14! tidak kongruen dengan – 1 (mod 15), maka 15 bukan suatu bilangan prima.
Tugas dan Latihan
Tugas
Carilah
suatu buku teori bilangan yang membahas tentang Metode (p – 1) Pollard. Jelaskan Metode Pollard itu untuk apa, dan
uraikan secara lengkap.
Berikan
paling sedikit satu contoh penggunaan Metode (p – 1) Pollard
Latihan
1.
Carilah satu
contoh system residu
tereduksi modulo 16 yang
mempunyai dua unsur negative.
2.
Jelaskan
mengapa S = {-9, -33, 37, 67} bukan merupakan system residu tereduksi modulo
10.
3.
Carilah satu
contoh system residu A yang lengkap modulo 12. Tambah setiap unsur dalam system residu dengan
sebarang bilangan kelipatan 12, sehingga
diperoleh himpunan B. Selidiki apakah B merupakan system residu lengkap
modulo 12.
4.
Carilah
sisanya jika 1135 dibagi 13.
5.
Jika hari
ini hari Rabu, maka carilah hari apa 97101 hari lagi.
6.
Carilah dua
digit terakhir lambang bilangan desimal dari 39125
7.
Carilah
suatu bilangan bulat positif terkecil x jika 61! ≡ x – 1 (mod
71)
8.
Carilah
suatu bilangan bulat positif terkecil x jika
7x ≡ 9 (mod 20)
Daftar
Kepustakaan
Niven, I., Zuckerman, H.S., & Montgomery,
H.L. (1995). An Introduction to The Theory of Numbers. New York : John Wiley
& Sons.
Redmond, D.
(1996). Number Theory. New York : Marcel Dekker.
Rosen, K.H. (1993). Elementary Number Theory and Its
Applications. Massachusetts:
Addison-Wesley.