Jumat, 08 Februari 2013

kongruensi



BAB 5
KONSEP DASAR KONGRUENSI

Uraian
       Kongruensi merupakan bahasa teori bilangan karena pembahasan teori bilangan bertumpu kongruensi. Bahasa kongruensi ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Karl Friedrich Gauss,  matematisi paling terkenal dalam sejarah, pada awal abad sembilan belas, sehingga sering disebut  sebagai Pangeran Matematisi (The Prince of Mathematici-
ans). Meskipun Gauss tercatat karena temuan-temuannya di dalam geometri, aljabar, analisis, astronomi, dan fisika matematika, ia mempunyai minat khusus di dalam teori bilangan dan mengatakan bahwa “mathematics is the queen of sciences, and the theory of numbers is the queen of mathematics” . Gauss merintis untuk meletakkan teori bilangan modern di dalam bukunya Disquistiones Arithmeticae pada tahun 1801.
       Secara tidak langsung kongruensi sudah dibahas sebagai bahan matematika di sekolah dalam bentuk bilangan jam atau bilangan bersisa. Peragaan dengan menggunakan tiruan jam dipandang bermanfaat karena peserta didik akan langsung praktek untuk lebih mengenal adanya system bilangan yang berbeda yaitu system bilangan bilangan jam, misalnya  bilangan jam duaan, tigaan, empatan, limaan, enaman, dan seterusnya.
     Kemudian, kita telah mengetahui bahwa bilangan-bilangan bulat lebih dari 4 dapat di “reduksi” menjadi 0, 1, 2, 3, atau 4 dengan cara menyatakan sisanya jika bilangan itu dibagi dengan 5, misalnya 13 dapat direduksi menjadi 3 karena 13 dibagi 5 bersisa 3, 50 dapat direduksi menjadi 0 karena 50 dibagi 5 bersisa 0, dan dalam bahasa kongruensi dapat dinyatakan sebagai 13 3 (mod 5) dan   50 0 (mod 5).
Definisi 5.1
Ditentukan p,q,m adalah bilangan-bilangan bulat dan m  0. p disebut kongruen dengan q  modulo m, ditulis  p q (mod m) jika  dan  hanya jika m p - q .
Jika  m |  p – q maka ditulis  p q (mod m), dibaca p tidak kongruen q modulo m.
Contoh 5.1
10 6 (mod 2) sebab 2 10 – 6 atau 2 4
13 -5 (mod 9) sebab 9 13 – (-5) atau 9 18
107 2 (mod 15) sebab 15 (107 – 2) atau 15 105

Teorema 5.1
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat, maka p q (mod m) jika dan hanya jika ada bilangan bulat t sehingga p = q + tm
Bukti :
Jika p q (mod m), maka m p – q . Ini berarti bahwa $ tÎ Z ' tm = p – q, atau p = q + tm. Sebaliknya, jika ada suatu bilangan bulat t yang  memenuhi  p = q + tm,  maka dapat ditentukan bahwa   tm = p – q,  dengan  demikian m p – q , dan akibatnya  berlaku  p q (mod m).
Contoh 5.2
23 -17 (mod 8) dan 23 = -17 + 5.8
Teorema 5.2
Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif.
Kongruensi modulo m memenuhi sifat-sifat berikut :
(a)   Sifat Refleksif.
Jika p adalah suatu bilangan bulat, maka p p (mod m) 
(b)  Sifat Simetris.
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p q (mod m),maka p q (mod m)
(c)   Sifat Transitif.
Jika p, q, dan r adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p q (mod m) dan q r (mod m), maka p r (mod m)
Bukti :     
(a)   Kita tahu bahwa m 0, atau m p – p , berarti p q (mod m)
(b)  Jika p q (mod m), maka m | p – q, dan menurut definisi keterbagian, ada suatu bilangan bulat t sehingga tm = p – q,  atau (-t)m = q – p , berarti  m q – p. Dengan demikian  q p (mod m)
(c)   Jika p q (mod m) dan q r (mod m) , maka mp – q dan mq – r, dan menurut definisi keterbagian, ada bilangan-bilangan bulat s dan t sehingga sm = p – q dan  tm = q – r . Dengan demikian dapat ditentukan  bahwa p – r = (p – q) + (q – r) = sm + tm = (s + t)m. Jadi m p – r , dan akibatnya q r (mod m) 
Contoh 5.3
5 5 (mod 7) dan -10 -10 (mod 15) sebab 75 – 5 dan 15-10 – (-10)
27 6 (mod 7) akibatnya  6 27 (mod 7) sebab 76 – 27 atau 7(-21)  
45 21 (mod 3) dan 21 9 (mod 3), maka 45 9 (mod 3) sebab 345 – 9 atau 336
Teorema 5.3
Jika  p, q, r, dan m  Î Z dan   m > 0  ' p q (mod m) , maka :
(a) p + r q + r (mod m)
(b) p – r q – r (mod m)
(c) pr    qr (mod m)
Bukti :
(a)   Diket p q (mod m), maka mp – q . Selanjutnya dapat  ditentukan  bahwa p – q = (p + r) – (q + r) ,  berarti mp – q berakibat  m (p + r) – (q + r). Dengan demikian p + r q + r (mod m).
(b)  Kerjakan, ingat bahwa p – q = (p – r) – (q – r) .
(c)   Diketahui p q (mod m),  maka m p – q ,  & menurut  teorema  keterbagian, m r(p – q) untuk sebarang bilangan bulat r, dengan demikian m pr – qr. Jadi pr qr (mod m) .
Contoh 5.4
437 (mod 6) , maka 43 +5 7 + 5 (mod 6) atau 4812 (mod 6)
27 6 (mod 7) , maka 27 – 4 6 – 4 (mod 7) atau 23 2 (mod 7)
353 (mod 8) , maka 35.45.4 (mod 8) atau 14012 (mod 8)
Contoh 5.5
Perhatikan bahwa teorema 5.3(c) tidak bisa dibalik, artinya  jika   pr qr (mod m),  maka belum tentu bahwa p q (mod m), misalnya 24 = 4.6 , 12 = 4.3, dan 24 12 (mod 6) atau 4.6  4.3 (mod 6), tetapi 6 3 (mod 6).

Teorema 5.4
Jika  p, q, r, s, m   adalah   bilangan-bilangan   bulat  dan  m > 0  sedemikian   hingga  p q (mod m) dan r s (mod m) , maka :
 (a) p + r q + s (mod m)
 (b) p – r q – s (mod m)
 (c) pr    qs (mod m) 
Bukti :
(a)   p q (mod m) dan r s (mod m), maka m p – q dan m r – s , maka tentu ada bilangan bulat  t dan u  sehingga tm = p – q  &  um = r – s , dan (p + r) – (q + s) = tm – um = m(t – u). Dengan demikian m(p + r) – (q + s), atau p + r q + s (mod m).
(b)   Kerjakan, perhatikan bahwa (p – r) – (q – s) = (p – q) – (r – s)
(c)   p q (mod m) dan r s (mod m), maka m p – q dan m r – s , maka tentu ada bilangan-bilangan bulat  t dan u  sehingga tm = p – q  dan  um = r – s , dan pr – qs = pr – qr + qr – qs = r(p – q) + q(r – s) = rtm + qum = m (rt + qu).
Dengan demikian m pr – qs , atau pr    qs (mod m) 

Contoh 5.6
36   8(mod 7) dan 53 4 (mod 7), maka 36 + 53 8 + 4 (mod 7) atau 89 12 (mod 7)
72  7 (mod 5) dan 43 3 (mod 5), maka 72 – 43   7 – 3 (mod 5) atau 29 4 (mod 5)
15 3 (mod 4) dan 23 7 (mod 4) maka 15.23 5.7 (mod 4) atau 345 21 (mod 4)

Teorema 5.5
(a) Jika p q (mod m), maka pr qr (mod mr)
(b) Jika p q (mod m) dan dm , maka p q (mod d)
Bukti :
(a)   p q (mod m), maka sesuai definisi 5.1, mp – q , dan menurut teorema 3.8 dapat  ditentukan bahwa rmr(p – q) atau mrpr – qr , dan berdasarkan definisi 5.1 dapat  ditentukan bahwa pr qr (mod mr)
(b)   p q (mod m), maka sesuai definisi 5.1, mp – q . Berdasarkan teorema 3.2, dm dan mp – q berakibat dp – q, dan sesuai dengan  definisi 5.1, p q (mod d) 

Teorema 5.6
Diketahui bilangan-bilangan bulat a, p, q, m, dan m > 0.
(a) ap aq (mod m) jika dan hanya jika p q (mod m/(a,m))
(b) p q (mod m ) dan p q (mod m) jika dan hanya jika p q (mod  [m, m])
Bukti :
 (a)  ()                 
ap aq (mod m), maka sesuai definisi 5.1, map – aq, dan sesuai def 3.1 ap – aq = tm untuk suatu t  Z, berarti a(p – q) = tm. Karena (a,m)a dan  (a,m) m, maka (a/(a,m))(p – q) = (m/(a,m))t, dan sesuai dengan def 3.1, dapat ditentukan bahwa (m/(a,m))(a/(a,m)(p – q).  
Menurut teorema 3.14, (m/(a,m), a/(a,m)) = 1, dan menurut teorema 3.15, dari  (m/(a,m),a/(a,m)) = 1 dan (m/(a,m))(a/(a,m))(p – q)  berakibat (m/(a,m))(p – q).
Jadi menurut definisi 5.1, p q (mod m/(a,m)) .
      ()
p q (mod m/(a,m)), maka menurut teorema 5.5(a), ap aq (mod am/(a,m)).  Selanjutnya, karena m am/(a,m), dan ap aq (mod am/(a,m)),  maka  berdasarkan  pada teorema 5.5 (b) , ap aq (mod m).
(b)  Buktikan ! 

Contoh 5.7
8p 8q  (mod 6) dan (8,6) = 2, maka p q (mod 6/2) atau p q (mod 3)
12p  12q (mod 16) dan (12,16) = 4, maka p q (mod 16/4) atau p q (mod 4)

Contoh 5.8
p q (mod 6) dan p q (mod 8), maka p q (mod [6,8]) atau p q (mod 24) 
p q (mod 16) dan p q (mod 24), maka p q (mod [16,24]) atau p q (mod 48)

Tugas dan Latihan
Tugas
Bacalah suatu buku teori bilangan, dan carilah teorema-teorema yang belum dibuktikan. Selanjutnya buktikan bahwa :
1.      Jika p, q, t, dan m adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga t > 0, m > 0 dan p q (mod m), maka p  q (mod m)
2.      Jika p, q  Z dan m, m, …, m  Zsedemikian hingga p q (mod m), p q (mod m),  …, dan p q (mod m) , maka p q (mod [m, m, …, m])
Latihan
1.     Diketahui p, q, m adalah bilangan bulat dan m > 0 sedemikian hingga p q (mod m)
Buktikan : (p,m) = (q,m)
2.      Buktikan
(a) jika p adalah suatu bilangan genap, maka  p 0 (mod 4)
(b) jika p adalah suatu bilangan ganjil, maka p 1 (mod 4)
3.      Buktikan jika p adalah suatu bilangan ganjil, maka p 1 (mod 8)
4.      Carilah sisa positif terkecil dari 1! + 2! + … + 100!
(a) modulo 2
(b) modulo 12
5.      Tunjukkan bahwa jika n adalah suatu bilangan genap  positif, maka:
1 + 2 + 3 + … + (n + 1)  0 (mod n)
Bagaimana jika n adalah suatu bilangan ganjil positif ?
6.      Dengan menggunakan induksi matematika, tunjukkan bahwa  4 1 + 3n (mod 9)   jika n adalah suatu bilangan bulat positif.



BAB 6
SISTEM    RESIDU

Uraian
       Sistem residu merupakan topik yang memberikan dasar untuk mengembangkan pembahasan menuju teorema Euler, dan pada bagian lain terkait dengan fungsi-fungsi khas (special functions) dalam teori bilangan.
       Bagian-bagian dari system residu meliputi system residu yang lengkap dan system residu yang tereduksi. Sebagai suatu system, system residu mempunyai sifat-sifat khusus yang terkait dengan bagaimana membuat system residu, atau mencari contoh yang memenuhi syarat tertentu.

Definisi 6.1
Suatu  himpunan {x, x, … , x} disebut suatu  system  residu  lengkap  modulo m jika dan hanya jika  untuk  setiap y  dengan  0 ≤ y < m , ada  satu  dan  hanya  satu x dengan 1 ≤ i < m , sedemikian hingga y x(mod m) atau x y (mod m).
Perhatikan bahwa indeks dari x yang terakhir adalah m, dan hal ini  menunjukkan  bahwa banyaknya unsur dalam suatu system residu lengkap modulo m adalah m. Dengan demikian, jika ada suatu himpunan yang banyaknya unsur kurang dari m atau lebih dari m , maka himpunan itu tentu bukan merupakan suatu system residu lengkap modulo m.
Selanjutnya, karena pasangan-pasangan kongruensi antara y dan xadalah tunggal,  maka tidak ada y  yang  kongruen dengan dua unsur x yang berbeda, misalnya  x dan x,  dan tidak ada x yang kongruen dengan dua nilai y. Dengan  demikian, tidak ada dua unsur x yang berbeda dan kongruen, artinya xtidak kongruen xmodulo m jika i  j.
Contoh 6.1
1.      Himpunan A = {6, 7, 8, 9} bukan merupakan  system  residu  lengkap  modulo 5 sebab  banyaknya unsur A kurang dari 5
2.      Himpunan A = {6, 7, 8, 9, 10} adalah suatu system residu lengkap modulo 5 sebab  untuk setiap y dengan  dengan  0 ≤ y < 5 , ada  satu  dan  hanya  satu x  dengan  1 ≤ i < 5  sedemikian hingga  y x(mod 5) atau x y (mod 5).
Nilai-nilai y   yang   memenuhi 0 ≤ y < 5 , adalah  y = 0, y = 1, y = 2, y = 3, y = 4,  atau y = 5 . Jika kita selidiki, maka kita peroleh bahwa :
        10 0 (mod 5)                          8 3 (mod m)               6 1 (mod m)
        9   4 (mod 5)                          7 2 (mod m)
Dengan  demikian  untuk setiap y dengan  y = 0, 2, 3, 4, 5 , ada satu  dan hanya satu x    dengan x= 6, 7, 8, 9, 10 , sedemikian hingga x y (mod m). Jadi A adalah suatu sistem residu lengkap modulo 5.
3.      Himpunan B = {4, 25, 82, 107} adalah suatu system  residu  lengkap  modulo 4 sebab untuk  setiap y  dengan  0 ≤ y < 4 , ada  satu   dan   hanya   satu x  dengan   1 ≤ i < 4   sedemikian hingga y x(mod 4) atau x y (mod 4). 
         4   0 (mod 4)                          82  2 (mod 4)
         25 1 (mod 4)                         107 3 (mod 4)
4.      Himpunan C = {-33, -13, 14, 59, 32, 48, 12} adalah suatu system residu  lengkap  modulo 7 sebab untuk  setiap y  dengan 0 ≤ y < 7 , ada  satu   dan   hanya   satu xdengan  1 ≤ i < 7 sedemikian hingga y x(mod 7) atau x y (mod 7).
         -33 0 (mod 7)                     59 3 (mod 7)             8 1 (mod 7)
         -13 0 (mod 7)                   32 3 (mod 7)                  12 1 (mod 7)
          14 0 (mod 7)                      
5.      Himpunan D = {10, -5, 27} adalah bukan suatu system residu lengkap modulo 3 sebab Untuk suatu   y = 1 dengan 0 ≤ y < 3 , ada  lebih dari satu x(yaitu 10 dan -5)  sehingga
          10 1 (mod 3)                          -5  1 (mod 3)
6.      Algoritma pembagian menunjukkan bahwa  himpunan  bilangan  bulat  0, 1, … , m – 1    merupakan suatu system residu lengkap modulo m, dan disebut sebagai residu non negatif terkecil modulo m.
Definisi 6.2
Suatu  himpunan  bilangan  bulat {x, x, … , x} disebut suatu system residu tereduksi modulo m jika dan hanya jika :
(a) (x, m) = 1 , 1 ≤  i <  k
(b)  x    x(mod m) untuk setiap  i  j
(c) Jika (y,m) = 1, maka y x(mod m) untuk suatu i = 1, 2, … , k
Contoh 6.2
1. Himpunan {1,5} adalah suatu system residu tereduksi modulo 6 sebab :
       (a) (1,6) = 1 dan (5,6) = 1
       (b) 5 1 (mod 6)
2. Himpunan {17, 91} adalah suatu system residu tereduksi modulo 6 sebab :
       (a) (17,6) = 1 dan (91, 6) = 1
       (b) 91 17 (mod 6)
Suatu system residu tereduksi modulo m dapat diperoleh dari system residu lengkap modulo m dengan membuang unsur-unsur yang tidak relative  prima  dengan m. Hal  ini dapat dilakukan karena {0, 1, 2, … , m – 1 } adalah suatu system residu yang lengkap modulo m karena  untuk  setiap y  dengan  y = 0, 1, 2, …, m – 1, ada satu dan hanya satu x= 0, 1, 2, …, m–1 sehingga y x(mod m) . Keadaan y x(mod m) selalu dapat terjadi  dengan memilih y = 0 dan x= 0, y = 1 dan x= 1, … , y = m – 1 dan x= m – 1 .
Karena unsur-unsur {0, 1, 2, … , m – 1} memenuhi tidak ada sepasang yang kongruen, maka setelah unsur-unsur yang tidak relative prima dengan m dibuang, yang tertinggal adalah unsur-unsur yang relative prima dengan m dan tidak ada sepasang yang kongruen.
Dengan demikian unsur-unsur yang tertinggal memenuhi definisi 6.2
Contoh 6.3
1.      Himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah suatu sistem residu lengkap modulo 8. Unsur-unsur  A  yang   tidak   relative  prima  dengan 8 adalah  0, 2, 4, dan 6   karena  (0,8) = 8 1, (2,8) = 2   1, (4,8) = 4 1, dan (6,8) = 2 1. Misalkan B  adalah  himpunan dari unsur-unsur yang tertinggal, maka B = {1, 3, 5, 7}, dan B merupakan suatu  sistem residu tereduksi modulo 8 karena memenuhi definisi 6.1
2.      Himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19} adalah suatu system residu lengkap modulo 20. Jika unsur-unsur A yang tidak  relative  prima dengan 20 dibuang, yaitu 0, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 14, 15, 16, dan 18 , maka  unsur-unsur  yang tertinggal adalah 1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, dan 19. B = {1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, 19} merupakan suatu system residu tereduksi modulo 20.
Defini 6.3
Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif. Banyaknya residu di dalam suatu system residu tereduksi modulo m disebut fungsi  -Euler dari m, dan dinyatakan dengan (m).
Contoh 6.4
(2)  = 1, diperoleh dari unsur 1
(3)  = 2, diperoleh dari unsur-unsur 1 dan 2
(4)  = 2, diperoleh dari unsur-unsur 1 dan 3
(5)  = 4, diperoleh dari unsur-unsur 1, 2, 3, dan 4
(16) = 8, diperoleh dari unsur-unsur 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15           
(27) = 18, diperoleh dari unsur 1, 2, 4, 5, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, dan 26
(p)  = p – 1 jika p adalah suatu bilangan prima
Perhatikan bahwa himpunan {1,2,3,4} merupakan suatu system  residu  tereduksi  modulo 5. Sekarang, coba Anda selidiki, jika masing-masing unsur himpunan dikalikan dengan suatu bilangan yang relative prima dengan 5, misalnya 2, 3, atau 4, sehingga diperoleh himpunan yang lain, maka apakah himpunan-himpunan yang lain tersebut merupakan system-sistem residu yang tereduksi modulo 5 ?
Teorema 6.1
Ditentukan (a,m) = 1. Jika {x, x, … , x} adalah suatu system residu modulo m yang lengkap atau  tereduksi, maka {ax, ax, … , ax} juga  merupakan  suatu  system  residu  modulo  m  yang lengkap atau tereduksi.
Bukti :
Ditentukan bahwa  {x, x, … , x}  adalah  suatu  system  residu  modulo  m  yang lengkap, maka xtidak kongruen xmodulo m jika x x. Harus dibuktikan bahwa axtidak kongruen axmodulo m jika i  j. Misalkan dari unsur-unsur {ax, ax, … , ax} terdapat i  j sehingga berlaku  hubungan ax ax(mod m). Karena (a,m) = 1 dan ax ax(mod m), maka menurut teorema 5.6 (a), dapat ditentukan bahwa x x(mod m), bertentangan dengan ketentuan  {x1, x2, … , xk} merupakan suatu system residu lengkap  modulo m. Jadi tentu  ax tidak  kongruen axmodulo m.
Selanjutnya buktikan jika {x, x, … , x}  adalah  suatu  system  residu  modulo m yang tereduksi.
Contoh 6.5
(a)   Himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah merupakan suatu system residu lengkap modulo 6. Jika masing-masing unsur A  dikalikan  dengan 5, yang mana (5,6) = 1, dan setelah dikalikan dimasukkan sebagai unsur himpunan B, maka dapat ditentukan bahwa B = {0, 5, 10, 15, 20, 25}. Himpunan B merupakan suatu system residu yang lengkap modulo 6 sebab setiap unsur B kongruen dengan satu dan hanya satu y  {0, 1, 2, 3, 4, 5}, yaitu :
      0 0 (mod 6)                 10 4 (mod 6)             20 2 (mod 6)
      5 5 (mod 6)                 15 3 (mod 6)             25 1 (mod 6)
(b)  Himpunan A = {1, 5, 7, 11} adalah merupakan suatu system residu tereduksi modulo 12. Jika masing-masing  unsur A  dikalikan  dengan 17  dengan  (17,12) = 1, dan setelah dikalikan dimasukkan sebagai unsur himpunan B, maka  dapat  ditentukan bahwa B = {17, 85, 119, 187}. Himpunan B merupakan suatu system residu tereduksi modulo 12 sebab setiap unsur B relative prima dengan 12, dan tidak ada sepasang unsur B yang kongruen, yaitu :
                  (17,12) = (85,12) = (119,12) = (187,12) = 1
 17 85 (mod 12)               17 119 (mod 12)               17 187 (mod 12)
 85 119 (mod 12)             85 187 (mod 12)               119 187 (mod 12)
Teorema 6.2 (Teorema Euler)
Jika a, m  Z dan m > 0 sehingga (a,m) = 1, maka a 1 (mod m)
Bukti :
Misalkan bahwa {x, x, … , x} adalah suatu system residu tereduksi modulo m dengan unsur-unsur bilangan bulat positif kurang dari m dan relative prima dengan m, maka menurut teorema 5.7, karena (a,m) = 1, maka {ax, ax, … , ax} juga merupakan suatu system residu tereduksi modulo m. Dengan demikian, residu-residu positif terkecil dari  ax, ax, … , axadalah bilangan-bilangan bulat yang terdapat pada  x, x, … , x dengan urutan tertentu. Akibatnya kita dapat mengalikan semua suku dari masing-masing system residu tereduksi, sehingga diperoleh :
                    ax, ax, … , ax   x, x, … , x (mod m)
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa :
                     a x. x   x    x. x   x(mod m)
Selanjutnya, {x, x, … , x} adalah suatu system residu tereduksi modulo m, maka menurut  def 6.2, berlaku  (x, m) = 1. Berdasarkan teorema 3.16, karena (x, m) = 1, yaitu (x,m) = ( x, m) =     (x, m) = 1, maka dapat ditentukan bahwa (x. x   x, m) = 1.
Dari dua keadaan :
                     a x. x   x    x. x   x(mod m) , dan
                      (x. x   x, m) = 1
dapat ditentukan berdasarkan teorema 5.6 (a) bahwa :
                       a 1 (mod m)
Kita dapat menggunakan teorema Euler untuk mencari inversi modulo m. Jika a dan m adalah relative prima, maka dapat ditentukan bahwa :
                         a 1 (mod m) 
Dengan demikian :
                         a =  a. a  1 (mod m)      
Jadi a adalah inversi dari a modulo m.

Contoh 6.6
Carilah dua digit terakhir lambang bilangan desimal dari 23
Soal ini dapat dijawab dengan menyatakan maknanya dalam bentuk lain, yaitu sama dengan mencari x jika 23  x (mod 100). Kemudian bentuk 23  x (mod 100) dapat dipecah menjadi 23  x (mod 4) dan 23  x (mod 25).
(a) mencari x dari 23  x (mod 4).
     23 3 (mod 4), maka 23 9 (mod 4) 1 (mod 4), sehingga 23 = (23)
     Dengan demikian 23 = (23) 1(mod 4), atau x 1 (mod 4)
(b) mencari x dari 23  x (mod 25)
     23 -2(mod 25), maka 23  4(mod 25), 234   16(mod 25), 238   6(mod 25),
     2316   11(mod 25), 2332   -4(mod 25), 2364 16(mod 25), 23128 6(mod 25), dan
     23256   11(mod 25)
     Dengan demikian 23500 = 23256.23128.2364.2332.2316.234 11.6.16.(-4).11.16 (mod 25)
                                           (-4).6.(-4).6 (mod 25) 576 (mod 25) 1,  (mod 25), yaitu        
                            x 1 (mod 25)
Dari hasil (a) dan (b), yaitu x 1 (mod 4) dan x 1 (mod 25), maka berdasarkan pada teorema 5.6 (b) , x 1 (mod [4,25]) x 1 (mod 100)
Jadi 23  1 (mod 100) , berarti dua digit terakhir lambang bilangan decimal dari 23 adalah 01.
Contoh 6.7
Tunjukkan jika (n,7) = 1, n  N, maka 7 n7 – n
Jawab : Karena (n,7) = 1, maka menurut teorema Euler, n  1 (mod 7).
              Selanjutnya  , sehingga diperoleh n6 1 (mod 6) , dan sesuai dengan   definisi 5.1, 7 n6 – 1 , dan akibatnya, sesuai dengan teorema 3.1, 7n( n6 – 1) atau 7n7 – 1
Contoh 6.8
Jika bulan ini adalah bulan Mei, maka carilah 23943 bulan lagi adalah bulan apa
Jawab :
Permasalahan ini dapat diganti dengan mencari x jika 23943 x (mod 12).
 Karena (239,12) = 1, maka menurut teorema Euler, 239 1 (mod 12).
Selanjutnya , sehingga diperoleh 2394 1 (mod 12).
23943 = (2394)10.2393 1.2393 (mod 12) (-1)(-1)(-1) (mod 12) 11 (mod 12)
             Jadi x = 11, dengan demikian 23943 bulan lagi adalah bulan April.

Contoh 6.9
Kongruensi linier ax b (mod m) dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Euler sebagai berikut :
             ax b (mod m)
             a-1.ax a-1 .b (mod m)
             x   a-1 .b (mod m)                     
Penyelesian 7x 3 (mod 12) adalah x 7.3 (mod 12) 74-1.3 (mod 12) 75.3 (mod 12) 21 (mod 12) 9 (mod 12).
Teorema 6.3 Teorema Kecil Fermat
Jika p  adalah  suatu  bilangan  prima  dan p tidak membagi a, maka ap-1    1 (mod p)                 
Bukti :
Karena p  adalah suatu bilangan prima  dan p  tidak  membagi a, maka  (p,a) = 1 (jika (p,a) 1 yaitu p dan a tidak relative  prima, maka p dan a mempunyai  factor selain 1 dan p, bertentangan dengan sifat p sebagai bilangan prima).
Selanjutnya, karena (p,a) = 1, maka menurut teorema 6.2, a 1 (mod p). p adalah suatu bilangan prima, berarti dari bilangan-bilangan bulat :
               0, 1, 2, 3, … , p – 1
yang tidak relative prima dengan p hanya 0 p (mod p), sehingga :
               {1, 2, 3, … , p – 1 }
merupakan system residu tereduksi modulo dengan (p – 1) unsure, dengan demikian:
                 
Karena  dan a 1 (mod p),  maka a 1 (mod p)

Contoh 6.10
Carilah suatu x jika 2250 x (mod 7) dan 0 ≤ x < 7
Jawab :
       Karena 7 adalah bilangan prima, (2,7) = 1, dan , maka :
               2 1 (mod 7)
               26    1 (mod 7)
               2250 = (26)41.24 1.24 (mod 7) 16 (mod 7) 2 (mod 7)
       Jadi : x = 2

Contoh 6.11
Carilah satu digit terakhir lambang bilangan basis 10 dari:
(a) 2500
(b) 7175
Jawab :
Untuk mencari digit terakhir dari lambang bilangan basis 10, permasalahan dapat dipandang sebagai mencari x jika y x (mod 10). Karena 2.5 = 10 dan (2,5) = 1, maka y x (mod 10) dapat dinyatakan sebagai : y x (mod 2) dan y x (mod 5)       
(a) 2 0 (mod 2), maka 2500 0, 2, 4, 6, 8, … (mod 2)
       (5) = 4 dan (2,5) = 1, maka 24 1(mod 5),  sehingga
        2500 = (24)125 . 1 (mod 5)  1, 6, 11, 16, 21, … (mod 5)
        Dengan demikian 2500 6 (mod 2) dan 2500 6 (mod 5), berarti
 2500 6 (mod 10). Satu digit terakhir lambang bilangan basis 10 dari 2500  adalah 6.
(b) 7 1(mod 2), maka 7175  1, 3, 5, … (mod 2)
(5) = 4 dan (7,5) = 1, maka 74 1 (mod 5), sehingga 
 7175 = (74)45.73   73 (mod 5) 2.2.2 (mod 5) 8 (mod 5) 3 (mod 5) 3, 8, 13, 18, … (mod 5). Dengan demikian  7175 3 (mod 2) dan 7175 3 (mod 5), berarti
 7175  3 (mod 10. Satu digit terakhir lambing bilangan basis 10 dari 7175 adalah 3. 
Teorema 6.4
Jika (a,m) = 1, maka hubungan ax b (mod m) mempunyai selesaian x = a-1 .b  + tm
Bukti :
Dari hubungan  ax b (mod m) , ruas kiri dan kanan perlu dikalikan dengan suatu factor sehingga koeffisien a menjadi 1. Pilihan factor adalah   a-1  sebab sesuai dengan teorema Euler,  a-1.a  = a  1 (mod m).
                ax b (mod m)
                a-1  .a x  a-1  . b (mod m)
                a x a-1  . b (mod m)
                x a-1  . b (mod m)
Karena tm 0 (mod m) untuk setiap bilangan bulat t, maka :
               x     a-1  . b + tm (mod m)
Jadi x = a-1 .b + tm  adalah selesaian ax b (mod m)

Teorema 6.5 Teorema Wilson
Jika p adalah suatu bilangan prima, maka (p – 1)! -1 (mod p)
Bukti :
Untuk p = 2, kita dapat menentukan bahwa (p – 1)! = 1! = 1 -1 (mod 2), dengan demikian teorema benar untuk p = 2. Untuk p > 2, berdasarkan teorema 6.3 dan teorema 6.4, jika ax   1 (mod p), dan (a,p) = 1, maka x a-1 , a dan x disebut saling inverse modulo p.
Dengan demikian, setiap bilangan a yang memenuhi 1 ≤ a ≤  p – 1, tentu ada a  yang memenuhi 1 ≤ a*  p – 1, sehingga a.a* 1 (mod p).
Perhatikan perkalian bilangan-bilangan:
                2.3. … ,(p – 3)(p – 2)
yang dapat dipasang-pasangkan ke dalam (p – 3)/2 pasangan, masing-masing pasangan mempunyai hasil kali sama dengan 1 modulo p. Hal ini dapat dilakukan karena masing-masing bilangan relative prima dengan p, yaitu (a,p) = 1, sehingga masing-masing bilangan mempunyai inverse. Akibatnya :
                2.3. … ,(p – 3)(p – 2) 1 (mod p)
sehingga :
                (p – 1)! = 1.2.3. … .(p – 3)(p – 2)(p – 1) 1.1.(p – 1) (mod p)
                             p – 1 (mod p)
                (p – 1)!   – 1 (mod p)
Contoh 6.12
(7 – 1)! = 6! = 1.2.5.4.5.6 = 1.(2.4).(5.5).6 = 1.8.15.6 1.1.1.6 (mod 7) – 1(mod 7)
(13 – 1)! = 12! = 1.2.5.4.5.6.7.8.9.10.11.12 = 1.(2.7).(5.9).(4.10).(5.8).(6.11).12
              = 1.14.27.40.40.66.12 1.1.1.1.1.1.12 (mod 13) – 1 (mod 13)

Teorema 6.6
Jika n adalah suatu bilangan bulat positif sehingga (n – 1)!  – 1 (mod n),  maka n adalah suatu bilangan prima. 
Buktikan !         
Teorema 6.5 dan teorema 6.6 memberikan petunjuk kepada kita untuk menggunakan teorema-teorema itu dalam pengujian keprimaan suatu bilangan.


Contoh 6.13
(15 – 1)! = 14! = 1.2.5.4.5.6.7.8.9.10.11.13.15.14 = 1.2.(15).4.6.7.8.9.10.11.13.15.14 0 (mod 15)
(15 – 1)! = 14! tidak kongruen dengan – 1 (mod 15), maka 15 bukan suatu bilangan prima.

Tugas dan Latihan
Tugas
Carilah suatu buku teori bilangan yang membahas tentang Metode (p – 1) Pollard. Jelaskan Metode Pollard itu untuk apa, dan uraikan secara lengkap.
Berikan paling sedikit satu contoh penggunaan Metode (p – 1) Pollard
Latihan
1.        Carilah satu contoh  system  residu  tereduksi  modulo 16  yang  mempunyai  dua unsur negative.
2.        Jelaskan mengapa S = {-9, -33, 37, 67} bukan merupakan system residu tereduksi modulo 10.
3.        Carilah satu contoh system residu A yang lengkap modulo 12. Tambah  setiap unsur dalam system residu dengan sebarang bilangan kelipatan 12, sehingga  diperoleh himpunan B. Selidiki apakah B merupakan system residu lengkap modulo 12.
4.        Carilah sisanya jika 1135 dibagi 13.
5.        Jika hari ini hari Rabu, maka carilah hari apa 97101 hari lagi.
6.        Carilah dua digit terakhir lambang bilangan desimal dari 39125
7.        Carilah suatu bilangan bulat positif terkecil x jika 61! x – 1 (mod 71)
8.        Carilah suatu bilangan bulat positif terkecil x jika  7x 9 (mod 20)

Daftar Kepustakaan
Niven, I., Zuckerman, H.S., & Montgomery, H.L. (1995). An Introduction to The Theory of Numbers. New York : John Wiley & Sons.
Redmond, D. (1996). Number Theory. New York : Marcel Dekker.
Rosen, K.H. (1993). Elementary Number Theory and Its Applications. Massachusetts:       Addison-Wesley.